Minggu, 18 Maret 2012

MEMBUDIDAYA IKAN LELE AIR TAWAR

Banyak orang yang tergiur dengan kesuksesan budidaya ikan lele, khususnya lele sangkuriang, pemberitaan tentang tokoh-tokoh yang sukses dalam usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha budidaya ikan lele yang semakin menjanjikan karena pangsa pasarnya yang luas dan permintaan akan ikan lele yang terus meningkat, bahkan belakangan ini telah ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil dalam komoditi ekspor, dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan pasokan ikan lele, bagi para pelaku usaha dan bisnis hal ini tentunya lebih menambah semangat lagi untuk segera memulai usaha budidaya ikan lele.
Semangat dan keyakinan memang sangat dibutuhkan dalam merintis suatu usaha, akan tetapi kesuksesan memerlukan lebih dari sekedar semangat dan keyakinan, telah banyak orang yang merasa yakin dan bersemangat penuh untuk menggeluti usaha budidaya atau ternak ikan lele harus berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan, jenis usaha atau bisnis yang berbasis pada mahluk hidup memang mempunyai tantangan tersendiri, sebagai orang yang baru akan memulai atau mungkin sudah pernah gagal tidak ada salahnya langkah-langkah dibawah ini dijadikan bahan pertimbangan. Berikut ini adalah gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele:
Pembenihan Lele adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.
Sistem Budidaya
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.
Tahap Proses Budidaya
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.
B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.
Manajemen Pakan
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
Manajemen Kesehatan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.


Senin, 12 Maret 2012

CARA MENGATASI WERENG COKLAT YANG MENYERANG PADI SAWAH


Wereng Coklat masih dianggap hama utama pada tanaman padi. Kerusakan akibat serangan hama ini cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim tanam. Secara langsung wereng coklat akan menghisap cairan sel tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Berikut cara pengendalian hama wereng coklat :

1. Tanam padi Serempak
Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh admisistrasi dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng coklat karena jika serempak, hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atay lautan.

2. Perangkap Lampu
Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum untuk pemantauan migrasi dan pendugaan populasi serangga yang tertarik pada cahaya, khususnya wereng coklat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara lain, kekontrasan lampu yang digunakan pada perangkap lampu yang terdapat di sekitarnya. Semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka akan luas jangkauan tangkapannya. Kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang dipasang. Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter diatas permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt dengan voltase 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 sampai dengan 06.00 pagi. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi, maka pada penampungan serangga yang berisi air ditambahkan sedikit deterjen. Keputusan yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu, yaitu wereng-wereng yang tertangkap dikubur, atau keringkan pertanaman padi sampai retak, dan segera setelah dikeringkan kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan.

3. Tuntaskan pengendalian pada generasi 1
Menurut Baihaki (2011), perkembangan wereng coklat pada pertanaman padi dapat terbagi menjadi 4 (empat) generasi yaitu :
- generasi 0 (G0) = umur padi 0-20 HST (hari Sesudah Tanam)
- Generasi 1 (G1) = Umur padi 20-30 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1
- Generasi 2 (G2) = Umur padi 30-60 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2
- Generasi 3 (G3) = umur padi diatas 60 HST.

Pengendalian wereng yang baik yaitu :
Pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1).
Gunakan insektisida berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan imidakloprid.
Pengendalian wereng harus selesai pada generasi ke-1 (G1) atau paling lampat pada generasi ke -2 (G2). Pengendalian saat generasi ke-3 (G3) atau puso tidak akan berhasil

4. Penggunaan Insektisida
Keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang disemprot atau butiran
Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada, yaitu antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang pagi.
Tepat dosis dan jenis yaitu berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan imidakloprid.
Tepat air pelarut 400-500 liter air per hektar.

Minggu, 04 Maret 2012

Hama Tikus yang merusak padi sawah petani mauliru dan Cara Mengatasinya



Salah satu jenis hama yang cukup menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya pertanian adalah tikus. Gangguan hama tikus ini sudah dimulai sejak dari persemaian hingga pada hasil pertaniaan yang sudah di simpan didalam gudang. Hama tikus dapat dengan cepat berkembang terutama bila mata rantai makanannya tidak terputus dan hama tikus juga mempunyai kemampuan untuk beradaptasi bilamana rantai makanannya terputus dengan alternatif rantai makanan lainnya. Serangan hama tikus hampir menimpa di seluruh propinsi di Indonesia. Tentunya kerugian yang ditimbulkan cukup besar, apalagi tidak diupayakan penanggulangan hama tikus. Dampaknya usaha budidaya pertanian yang dilakukan di sebagian besar wilayah Indonesia tidak mencapai hasil optimal.

Perkembangan Hama Tikus

Perkembangan hama tikus sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dalam hal ini faktor utama penentu perkembangan hama tikus adalah ketersediaan makanan. Di daerah-daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang tidak terlalu jauh berbeda sepanjang tahun, faktor ketersediaan makanan bagi hama tikus tidak berbeda banyak, hasilnya kepadatan populasi hama tikus juga dapat stabil. Di daerah-daerah yang jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau, kepadatan populasi hama tikus tidak stabil. Di musin hujan, bila persediaan makanan cukup populasi tikus akan berkembang pesat begitu pula sebaliknya jika persediaan makanan bagi hama tikus tidak tersedia hama tikus bahkan tidak dijumpai sama sekali.

Pola Makan Hama Tikus

Hama Tikus memiliki sifat pemakan segala tidak hanya padi hama tikus juga menyerang berbagai macam hasil pertanian seperti jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, tebu, kelapa dan tanaman hasil pertaniaan lainnya. Bila mana tidak tersedia cukup makanan tikus dapat memakan apa saja, yang terpenting bagi tikus adalam pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Adakalanya tikus juga akan memakan jenis-jenis serangga, siput, bangkai ikan dan makanan hewan lainnya. Makanan jenis hewan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan protein dan hampir seluruh waktu yang digunakan untuk makan yaitu pada malam hari.

Beberapa jenis Hama tuksu yang di kenal merusak usaha budidaya pertaninan adalah Rattus argentiventer, Rattus-rattus diardi, Rattus exultant dan Rattus norvegikus. Dua jenis tikus yang pertama di sebutkan dapat merusak usaha budidaya pertanian dari mulai proses penanaman benih hingga hasil jadi produk pertaninan yang disimpan di dalam gudang.

Marfologi Tikus Sawah (Rattus argentiventer)

Tubuh hama tikus ini umumnya berwarna kelabu gelap dengan dada berwarna keputihan. Panjang Badannya tikus sawah dari hidung sampai ujung ekor berkisar 270 -370 mm dengan berat sekitar 130 gr. Panjang ekor sama atau lebih pendek dari panjang badan. Tikus sawah mempunyai 6 pasang puting susu yang terletak dikiri dan kanan pada bahagian perut memanjang sepanjang badan. Tikus sawah dapat berkembang biak mulai pada umur 1,5 – 5 bulan setelah kawin, masa bunting memerlukan waktu 21 hari. Seekor tikus betina dapat melahirkan 8 ekor anak setiap melahirkan, dan mampu kawin lagi dalam tempo 48 jam setelah melahirkan serta mampu hamil dan menyusui dalam waktu bersamaan. Selama satu tahun satu ekor betina dapat melahirkan sampai 4 kali, sehingga dalam satu tahun dapat melahirkan sampai 32 ekor anak. Seekor tikus betina dapat bunting sebanyak 6- 8 kali dan perkehamilan bisa melahirkan sekitar 10 ekor sehingga satu ekor tikus betina berpotensi berkembang biak hingga 80 ekor per satu musim tanam.

Marfologi Tikus Rattus Exultant
Tikus ini hidup di semak-semak, padang rumput dan huma. Tubuhnya sedikit lebih kecil dari tikus sawah. Panjang badannya dari hidung sampai ujung ekornya berkisar antara 220-285 mm. Panjang ekor sama atau lebih panjang dari badannya. Puting susunya adalah 2 pasang dikiri dan dikanan sehingga puting susu berjumlah delapan. Tikus semak pandai memanjat, bahagian atas badannya warna kelabu dan bahagian bawahnya berwarna putih kelabu. Tikus ini sering didapat disemak-semak, dirumah dan dipinggir-pinggir hutan namun kurang suka didaerah banyak air.

Prilaku Hidup Hama Tikus
Tikus termasuk hama yang agak sulit dikendalikan karena hama ini mempunyai indra penciuman, peraba dan pendengaran yang tajam, gerakan untuk melakukan kegiatan dimalam hari terutama dituntun oleh misai dan bulu-bulu yang tumbuh panjang.
Hama ini sering mengerat terutama dimalam hari, yang dikerat biasanya benda-benda keras tujuan utamanya adalah untuk mempertajam gigi seri dan memelihara gigi seri agar selalu tumbuh normal. Apabila gigi serinya dibiarkan maka gigi seri tersebut dapat mengganggu kegiatan makannya. gigi serinya dapat tumbuh mencapai 15-25 mm Perkembangbiakan tikus sangat ditentukan oleh kondisi tersedianya makanan. Musim hujan dengan persediaan makanan cukup tikus akan berkembang pesat dan pada musim kemarau perkembang biakannya akan sangat terhambat bahkan dapat terhenti.
Tempat Hidup Hama Tikus

Tikus lebih suka hidup ditempat yang tersedianya makanan yang cukup yang didaerah-daerah semak yang dapat memberi perlindungan. Didaerah yang bervegetasi mereka sangat senang karena dapat memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Tikus sawah merupakan binatang yang sangat pandai membuat liang untuk bersarang. Liang sangat berfungsi sebagai tempat berlindung dan melahirkan anak-anaknya serta menimbun makanan. Liang dibuat pada saat masa perkawinan dengan bentuk berlikuk likuk dibawah tanah sedalam 0,5 meter dan panjangnya terkadang dapat mencapai 10 meter tergantung pada perkembangan jumlah kelompoknya. Tikus yang akan melahirkan akan mengurung diri dalam liang dan menutup pintu masuk dengan tanah galian . Tutup ini akan dibuka apabila anak-anaknya sudah mulai membesar dan mampu bergerak sendiri.
Lubang tikus tidak selalu dihuni, terutama pada waktu persediaan makanan kurang atau bencana banjir. Tikus biasanya mengembara atau membuat sarang baru atau menempati lubang lama disekitar tanggul irigasi, pekarangan rumah, sekitar gudang padi, kebun tebu semak belukar, perkuburan dan tempat-tempat tanah yang tinggi. Anehnya liang yang ditinggalkan tidak digunakan oleh tikus lain kecuali tempat berlindung atau berteduh.
Kerusakan Akibat Serangan Hama Tikus

Tikus dapat menyerang beberapa jenis tanaman seperti padi, kacang tanah, kedelai, ubi kayu,ubi jalar, tebu kelapa. Tetapi tanaman yang sering diserang dan paling disenangi ialah padi. Serangan pada tanaman padi memperlihatkan pada bahagian batangnya terpotong. Bila serangan hama ini terjadi pada vase vegetatif seekor hama tikus dapat merusak tanaman antara 11-176 batang padi/malam. Pada saat bunting kemampuaan merusak meningkat menjadi 24-246 batang /malam. Besarnya kerugiannya yang disebabkan oleh tikus ditentukan oleh banyaknya anakan yang gagal menghasilkan malai masak pada waktu panen.
Pengendalian Hama tikus

Beberapa penyebab hama tikus terus menyerang tanaman padi setiap tahun dibeberapa daerah di Indonesia
  • Pengendalian Hama tikus yang dilakukan petani berjalan sendiri-sendiri
  • Monitoring yang lemah terhadap hama
  • Terlambat melakukan pengendalian dan pengendalian sering tidak berkelanjutan
Kurangnya pemahaman terhadap hama tikus dan informasi teknologi dalam memberantas hama ini. Membunuh seekor tikus betina pada waktu tanam sama dengan membunuh 80 ekor tikus setelah berkembang biak. Oleh karena itu dalam mengendalikan hama tikus diperlukan suatu strategi dengan metode konsep pengendalian hama terpadu yaitu memamfaatkan semua teknik yang kompatibel dalam suatu sisitim yang harmonis untuk mempertahankan populasi dibawah batas ambang ekonomi.
    
Beberapa cara pengendalian yang dipadukan dalam satu srtategi pengendalian hama terpadu.yaitu sbb:

  • Sanitasi lingkungan , membersihkan semak-semak dan rerumputan, membongkar liang serta sarang serta tempat perlindungan lainnya. Dengan lingkungan yang bersih tikus merasa kurang mendapatkan perlindungan.
  • Fisik dan mekanis
Pengendalian cara ini merupakan gabungan semua cara fisik untuk membunuh tikus seperti dengan pukulan, diburu dengan anjing, menggunakan perangkap, penggunaan pagar plastik. Cara ini biasanya lebih berhasil apabila dilaksanan secara massal atau grapyokan. Grapyokan dapat dilakukan bila padi sawah telah dipanen atau saat sawah sedang tidak ditanami ataupun sedang bera. Pada saat dilakukan kegiatan ini liang-liang tikus dibongkar dan tikusnya dibunuh. Pengunaan pagar plastik khususnya dilakukan pada persemaian padi. Dengan metoda ini diharapkan tikus tidak dapat masuk kedalam persemaian, dan hasilnya lebih baik bila dikombinasikan dengan pemasangan perangkap.

  • Pengaturan waktu tanam, dianjurkan untuk Penanaman yang serentak dan diupayakan keserentakan pada saat bunting dan bermalai.
  • Penggunaan bahan kimia, pemasangan umpan beracun dengan rodentisida antikogulan pada saat berangkat hingga menjelang padi bunting. 
  • Pengumpanan dihentikan apabila padi sudah bunting.
  • Pengemposan dengan asap beracun (belerang)atau pembakaran karbit pada mulut liang tikus dengan pompa kompor. pengemposan dilakukan pada saat bunting atau padi bermalai.
            
Dalam pengendalian hama tikus ada beberapa syarat untuk mencapai kesuksesan :
            - serempak meliputi areal yang luas
            - massal yaitu mengikuti semua pihak
            - berulang kali sampai populasi tidak lagi meninbulkan kerugian.

Trap Barrier System atau TBS

Trap Barrier System atau sistim perangkap bubu terdiri dari dari 3 komponen utama. Pertama adalah bubu perangkap yang berfungsi sebagai pengumpul tikus yang tertangkap. Kedua adalah pagar plastik yang berfungsi mengarahkan tikus memasuki lubang tertentu tempat bubu perangkap dipasang. Sedangkan tanaman perangkap berfungsi sebagai penarik (attractant) agar tikus bergerak kelahan penangkapan TBS.

Petak tanaman perangkap berguna untuk melindungi serangan tikus terhadap areal sekelilingnya. Makin besar petak tanaman perangkap makin besar jumlah tikus yang tertangkap. Hal ini terjadi karena tikus tertarik untuk menuju tanaman perangkap sehingga terperangkap oleh bubu perangkap. Keunggulan TBS ini adalah mampu menangkap tikus dalam jumlah besar, sehingga populasi tikus disekitar TBS menjadi rendah, hemat tenaga, dan efektif menangkap tikus secara terus menerus pada daerah endemis serta dapat mengatasi migrasi tikus sawah.